SPI (Sistem Pengendalian Internal)
Secara umum, Pengendalian Intern merupakan bagian dari
masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan
operasional perusahaan atau organisasi tertentu.
Sumber :
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/11/sistem-pengendalian-intern-spi-basic.html
Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari
pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu
dengan yang lainnya.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan
sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan
management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan
tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori,
yaitu :
- Ke-efektif-an dan efisiensi operasional perusahaan
- Pelaporan Keuangan yang handal
- Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila
ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi
:
- Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan
- Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim.
- Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah taati dan dipatuhi dengan semestinya.
Struktur Pengendalian Intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen,
yaitu :
Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang
secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai
Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional,
cara manajmene di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan
mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap
pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk
kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik
internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko,
tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai
dengan level-levelnya.
Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan
manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan
dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan. Meliputi :
aktifitas-aktifitas persetujuan, kewenangan, verifikasi, rekonsiliasi, inspeksi
atas kinerja operasional, keamanan sumberdaya (aset), pemisahan tugas dan tanggung
jawab.
Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi,
mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar
mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi),
Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi
internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat
hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai
keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan
eksternal.
Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan
personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan
dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang
sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise.
Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke
atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak
dan dewan direksi.
Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya,
sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon
perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan
aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian
dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang
paling esensial dari perusahaan (organisasi).
Istilah-istilah penting dalam Pengendalian Intern
Kondisi Terlaporkan (Reportable Condition)
Istilah lainnya adalah Defisiensi Signifikan, kedua istilah
ini dipergunakan dalam mendefinisikan suatu kondisi yang defisiensi secara
signifikan di dalam rancangan atau operasional atas pengendalian intern yang
mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melakukan pencatatan, proses,
mengkompilasi dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi
manajemen di dalam laporan keuangan perusahaan. Defisiensi signifikan yang luas
dapat mengakibatkan Kelemahan Material (Material Weakness).
Kelemahan Material (Material Weakness)
Didefinisikan sebagai kondisi yang terlaporkan dimana
rancangan atau opersional dari salah satu atau lebih pengendalian intern-nya
tidak mampu mengurangi atau menurunkan suatu resiko ringan atau salah penyajian
yang disebabkan oleh kesalahan atau penggelapan yang jumlahnya relatif material
kaitannya dengan laporan keuangan yang jika di audit akan dapat ditemukan, akan
tetapi tidak terdeteksi dalam periode yang sama oleh pegawai dalam pelaksanaan
pekerjaan secara normal.
Kompensasi Pengendalian (Compensating Control)
Ada beberapa perusahaan yang karena skala usahanya memang
termasuk kecil, mengakibatkan perusahaan tidak memungkinkan untuk melaksanakan
pengendalian intern yang sederhana sekalipun (misalnya : pemisihan tugas atau
fungsi). Adalah penting bagi manajemen untuk melakukan kompensasi terhadap
bagian yang pengendaliannnya lemah atau tidak dapat berjalan untuk suatu kurun
waktu tertentu. Dalam hal internal manajemen telah melakukan kompensasi untuk
menutupi kelemahan pengendalian tersebut, internal auditor seharusnya tidak
melaporkan kelemahan tersebut sebagai material weakness, bahkan reportable
condition sekalipun, hendaknya disesuaikan dengan sekala perusahaan.
Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern
Penting untuk dipahami bahwa : Sistem Pengendalian Intern yang
efektif TIDAK MEMBERIKAN JAMINAN ABSOLUT akan tercapainya tujuan perusahaan.
Secara sederhananya dapat dikatakan bahwa SITEM PENGENDALIAN YANG HANDAL TIDAK
BISA MENGUBAH MANAJER YANG BURUK MENJADI BAGUS. Akan tetapi Sistem Pengendalian
Intern yang handal dan efektif dapat memberikan informasi yang tepat bagi
manajer maupun dewan direksi yang bagus untuk mengambil keputusan maupun
kebijakan yang tepat untuk pencapaian tujuan perusahaan yang lebih efektif
pula.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN YANG EFEKTIF BUKAN MERUPAKAN
JAMINAN AKAN KESUKSESAN BAHKAN KELANGSUNGAN HIDUP PERUSAHAAN SEKALIPUN.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN BERFUNGSI SEBAGAI PENGATUR
SUMBERDAYA YANG TELAH ADA UNTUK DAPAT DIFUNGSIKAN SECARA MAKSIMAL GUNA
MEMPEROLEH PENGEMBALIAN (GAINS) YANG MAKSIMAL PULA dengan pendekatan
perancangan yang menggunakan ASAS COST-BENEFIT.
Suatu sistem handal macam apapun selalu memiliki celah
kelemahan. SISTEM PENGENDALIAN INTERN pun bisa dimanfaatkan oleh personil
tertentu untuk kepentingan pribadinya dengan mengeksploitasi kelemahannya.
Pihak-pihak Yang Bertanggungjawab Terhadap Sistem
Pengendalian Intern
Semua pihak di dalam perusahaan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan sistem pengendalian intern. Namun demikian, secara struktural
pihak-pihak yang bertanggung jawab dan terlibat langsung dalam perancangan dan
pengawasan Sistem Pengendalian Intern meliputi :
- Chief Executive Officer (CEO)
- Chief Financial Officer (CFO)
- Controller / Director Of Accounting & Financial
- Internal Audit Comitee
Sumber :
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/11/sistem-pengendalian-intern-spi-basic.html
Komentar
Posting Komentar