Tujuan Laporan Keuangan & Anglo Saxon Beserta Perilaku Akuntansinya
Stakeholder
adalah pemangku kepentingan. Hal ini dapat diartikan sebagai segenap pihak yang
terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu
perikanan, maka stakeholder dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait
dengan isu perikanan, seperti nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak
buah kapal, pedagang ikan, pengolah ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak
swasta di bidang perikanan, dan sebagainya.
Dalam
stackholders biasanya terdapat dua pihak yang menjadi sasaran dari tujuan dari
laporan keuangan, yaitu Investor dan Kreditor. Dalam
dunia keuangan, Investor adalah orang perorangan atau lembaga baik domestik
atau non domestik yang melakukan suatu investasi (bentuk penanaman modal sesuai
dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik dalam jangka pendek atau jangka
panjang. Sedangkan
Kreditur adalah pihak (perorangan, organisasi, perusahaan atau pemerintah) yang
memiliki tagihan kepada pihak lain (pihak kedua) atas properti atau layanan
jasa yang diberikannya (biasanya dalam bentuk kontrak atau perjanjian) dimana
diperjanjikan bahwa pihak kedua tersebut akan mengembalikan properti yang
nilainya sama atau jasa. Pihak kedua ini disebut sebagai peminjam atau yang
berhutang. Secara singkat dapat dikatakan pihak yang memberikan kredit atau
pinjaman kepada pihak lainnya.
Tujuan
Laporan Keuangan
Tujuan
laporan keuangan adalah untuk menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna (stackholder) dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik
keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan menyediakan informasi
mengenai:
- Kecukupan penerimaan selama periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran,
- Kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundangan,
- Jumlah sumberdaya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai,
- Bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya,
- Posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman
- Perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Adapaun manfaat dari suatu Laporan Keuangan terbagi menjadi beberapa tujuan berikut ini :
Kebutuhan
Atas Laporan Keuangan
- Informasi keuangan merupakan suatu kebutuhan bagi para pengguna (stakeholders);
- Laporan keuangan disajikan kepada stakeholder untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan sosial, politik, dan ekonomi sehingga keputusan yang diambil lebih berkualitas dan tepat sasaran;
- Laporan keuangan merupakan cermin untuk melihat kondisi keuangan republik tercinta ini;
- Neraca merupakan cermin utama untuk melihat apa yang ada di republik, terutama menyangkut hal-hal yang salah urus atau hal-hal yang tidak diurus maupun yang belum diurus
Laporan Keuangan Untuk Trasparansi
- Era keterbukaan, teknologi informasi & komunikasi sedemikian maju, masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan berbagai informasi dengan biaya relatif murah.
- Setiap rupiah uang publik harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat yang telah memberikan uangnya untuk membiayai pembangunan dan operasional pemerintahan;
- Dalam hal pengelolaan uang publik, masyarakat semakin cerdas menuntut adanya transparansi.
- Transparansi pengelolaan keuangan pemerintah merupakan tuntutan publik yang harus direspon secara positif.
Laporan Keuangan Untuk Akuntabilitas
- Laporan keuangan merupakan gambaran adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan.
- Akuntabilitas adalah “amanah” berarti pemangku kekuasaan adalah mereka yang terpercaya dan bertanggung jawab dalam mengelola sumberdaya publik yang diberikan kepadanya,
- Tidak adanya laporan keuangan menunjukkan lemahnya akuntabilitas;
- Lemahnya akuntabilitas megindikasikan lemahnya sistem, selanjutnya berimbas pada membudayanya korupsi sistematik;
Memberikan Informasi
- Menentukan dan memprediksi kondisi kesehatan keuangan pemerintah terkait dengan likuiditas dan solvabilitasnya;
- Menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi pemerintah dan perubahan-perubahan yang telah dan akan terjadi;
- Memonitor kinerja, kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan;
- Perencanaan dan penganggaran;
Mengevaluasi Kinerja Manajerial dan Organisasional :
- Menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan, membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya, dan dengan kinerja unit yang lain;
- Mengevaluasi tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektivitas operasi, program, aktivitas, dan fungsi tertentu di dalam pemerintahan;
- Mengevaluasi hasil (outcome) suatu program, aktivitas, dan fungsi serta efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan target;
- Mengevalauasi tingkat pemerataan dan keadilan (equtiy & equality)
Anglo-Saxon
Anglo-Saxon
adalah negara-negara maritim kepulauan yang terletak di Eropa. Sebutan ini
dapat disederhanakan, Anglo-Saxon merupakan negara-negara yang termasuk Inggris
Raya dan negara-negara lainnya di kepulauan Inggris. Anglo Saxon merupakan
negara-negara berbudaya khas dan berbeda sejarah sosial budaya dengan
negara-negara di daratan Eropa Barat lainnya yang disebut kontinental. Inggris,
Irlandia, Amerika Serikat dan Australia adalah negara-negara yang disebut
sebagai Anglo-Saxon.
Sejarah
Akuntansi
Akuntansi
sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai dapat menghitung dan membuat suatu
catatan, dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun. Pada abad ke–15,
terjadilah perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang
Venesia. Perkembangan perdagangan ini menyebabkan diperlukannya suatu sistem
pencatatan yang lebih baik sehingga dengan demikian akuntansi mulai berkembang.
Perkembangan akuntansi bermula dari Luca Pacioli pada tahun 1494, ahli
matematika yang mengarang sebuah buku berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica,
Proportioni et Propotionalita. Dalam salah satu bab yang berjudul Tractatus de
Computies et Scriptoris, ia memperkenalkan dan mengajarkan sistem pembukuan
berpasangan yang disebut dengan sistem kontinental. Sistem ini diperkenalkan
oleh Luca Pacioli bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk melakukan
pencatatan upah sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal merupakan pencatatan
semua transaksi ke dalam dua bagian, yaitu debit dan kredit secara seimbang dan
menghasilkan pembukuan yang sistematis serta laporan keuangan yang terpadu.
Dengan menggunakan sistem ini perusahaan mendapatkan gambaran tentang laba rugi
usaha, kekayaan perusahaan, serta hak pemilik.
Pertengahan
abad ke–18, terjadi Revolusi Industri di Inggris yang mendorong pula
perkembangan akuntansi. Pada waktu itu, para manajer pabrik, misalnya ingin
mengetahui biaya produksinya. Dengan mengetahui berapa besar biaya produksi,
mereka dapat mengawasi efektivitas proses produksi dan menetapkan harga jual.
Sejalan dengan itu, berkembanglah akuntansi dalam bidang khusus, yaitu
akuntansi biaya yang memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksidan
penyediaan informasi bagi manajemen. Revolusi Industri mengakibatkan
perkembangan akuntansi semakin pesat sehingga menyebar sampai ke Benua Amerika,
khususnya di Amerika Serikat dan melahirkan sistem Anglo Saxon.
Perkembangan
Akuntansi di Indonesia
Indonesia
awalnya menganut sistem akuntansi Kontinental, seperti yang dipakai oleh
pemerintah Hindia Belanda. Sistem ini disebut dengan tata buku yang menyangkut
kegiatan-kegiatan bersifat konstruktif, seperti proses pencatatan, peringkasan,
penggolongan, dan aktivitas lain dengan tujuan menciptakan informasi akuntansi
berdasarkan data. Maka, dapat disimpulkan bahwa pembukuan merupakan bagian dari
akuntansi. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya tata buku mulai
ditinggalkan orang. Di Indonesia, baik perusahaan atau perseorangan semakin
banyak menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon. Berkembangnya sistem akuntansi
Anglo Saxon di Indonesia disebabkan adanya penanaman modal asing. Sebagian
besar penanaman modal asing menggunakan sistem akuntansi Amerika Serikat (Anglo
Saxon). Penyebab lainnya karena sebagian besar mereka yang berperan dalam
kegiatan perkembangan akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika,
kemudian menerapkan ilmunya di Indonesia.
Sejarah
Perkembangan Akuntansi
Perkembangan
Akuntansi dari Sistem Pembukuan Berpasangan Pada awalnya, pencatatan transaksi
perdagangan dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit
kayu, dan sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini
masih tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 sebelum masehi.
Penemuan yang sama juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu
belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang
lebih lengkap dikembangkan di Italia setelah dikenal angka- angka desimal arab
dan semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu. Perkembangan akuntansi
terjadi bersamaan dengan ditemukannya sistem pembukuan berpasangan (double
entry system) oleh pedagang- pedagang Venesia yang merupakan kota dagang yang
terkenal di Italia pada masa itu. Dengan dikenalnya sistem pembukuan
berpasangan tersebut, pada tahun 1494 telah diterbitkan sebuah buku tentang
pelajaran penbukuan berpasangan yang ditulis oleh seorang pemuka agama dan ahli
matematika bernama Luca Paciolo dengan judul Summa de Arithmatica, Geometrica,
Proportioni et Proportionalita yang berisi tentang palajaran ilmu pasti. Namun,
di dalam buku itu terdapat beberapa bagian yang berisi palajaran pembukuan
untuk para pengusaha. Bagian yang berisi pelajaran pembukuan itu berjudul
Tractatus de Computis et Scriptorio. Buku tersebut kemudian tersebar di Eropa
Barat dan selanjutnya dikembangkan oleh para pengarang berikutnya. Sistem
pembukuan berpasangan tersebut selanjutnya berkembang dengan sistem yang
menyebut asal negaranya, misalnya sistem Belanda, sistem Inggris, dan sistem
Amerika Serikat. Sistem Belanda atau tata buku disebut juga sistem Kontinental.
Sistem Inggris dan Amerika Serikat disebut Sistem Anglo- Saxon2. Perkembangan
Akuntansi dari Sistem Kontinental ke Anglo- Saxon Pada abad pertengahan, pusat
perdagangan pindah dari Venesia ke Eropa Barat. Eropa Barat, terutama Inggris
menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula
akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem
pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut accounting
(akuntansi). Sejalan dengan perkembangan teknologi di negara itu, sekitar
pertengahan abad ke-20 telah dipergunakan komputer untuk pengolahan data
akuntansi sehingga praktik pembukuan berpasangan dapat diselesaikan dengan
lebih baik dan efisien. Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan
di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun
asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan.
Akuntansi
sangat luas ruang lingkupnya, diantaranya teknik pembukuan. Setelah tahun 1960,
akuntansi cara Amerika (Anglo- Saxon) mulai diperkenalkan di Indonesia. Jadi,
sistem pembukuan yang dipakai di Indonesia berubah dari sistem Eropa
(Kontinental) ke sistem Amerika (Anglo- Saxon). Di Inggris, bursa efek pasar
dan profesi akuntansi juga berpengaruh dalam proses akuntansi peraturan.
Inggris laporan tahunan dan piutang terdiri dari laba konsolidasi dan akun
rugi, neraca dan laporan arus kas. Untuk menilai review operasi secara tahunan,
laporan direktur adalah harus selalu disertakan. Dalam praktek konsolidasi,
metode pembelian biasanya diikuti meskipun dalam beberapa kasus, dan merger
akuntansi atau metode penyatuan mungkin diperlukan. Berkaitan dengan praktek
pengukuran mereka, Inggris menerapkan pendekatan konservatif daripada
kebanyakan negara-negara Anglo Saxon dimana ada selisih penilaian kembali
aktiva tetap seperti tanah dan bangunan untuk nilai pasar. Persediaan biaya
juga ditentukan dengan metode masuk pertama-dalam metode-first out (FIFO)
diizinkan untuk keperluan pajak, sedangkan-terakhir di-first-out (LIFO) Metode
tidak diperbolehkan.
Dalam
upaya untuk mengidentifikasi perbedaan perhitungan tahunan antar bangsa EC,
Nobes (1992) membuat klasifikasi nya berkenaan dengan harmonisasi akuntansi
dalam masyarakat Eropa dan proses perkembangan yang signifikan dengan daerah
memeriksa pertama di mana perbedaan yang signifikan ada yang memiliki pengaruh
besar terhadap perkembangan akuntansi. Dia mengidentifikasi bidang-bidang
berikut: publikasi dan audit; format akun; konservatisme dalam memberikan
informasi akuntansi; kewajaran informasi yang dipublikasikan; dasar penilaian;
praktek konsolidasi dan lain-lain sebagai realisasi dari latar belakang
akuntansi yang berbeda, sehingga mempengaruhi perkembangan akuntansi di
negara-negara. pada awal tahun 1930-an, di sebagian besar benua Eropa,
konsolidasi merupakan perkembangan baru yang berasal dari negara-negara yang
paling banyak diadopsi direktif ketujuh pada tahun 1985. Konservatisme juga
dipengaruhi nilai-nilai akuntansi dengan cara yang berbeda. Sejauh isu keadilan
dalam informasi keuangan yang bersangkutan, undang-undang perusahaan di
Inggris, Irlandia, dan Belanda merupakan satu-satunya di negara-negara Eropa
yang membutuhkan kewajaran dalam laporan keuangan yang diaudit. Ini didirikan
di 4 Instruksi sebagai «dan adil pandangan yang benar». Dalam laporan keuangan
Jerman, masih ada preferensi kecil untuk keadilan. pelaporan Keuangan masih
latihan pembukuan yang akurat, yang harus memenuhi aturan rinci dan pengawasan
inspektur pajak (Nobes, 1992). Tidak seperti Radebaugh dan Gray, Nobes
mengidentifikasi perbedaan utama antara negara-negara Eropa dalam apa yang ia sebut
klasifikasi dua kelompok.
Normalisasi
laporan keuangan tahunan yang pantas bagi negara-negara Anglo-Saxon
terdiri
dari:
- Isi laporan keuangan;
- Unsur-unsur deskriptif dari pengakuan, laporan keuangan dan penilaian tersebut
- Isi dari berbagai sel;
- Peraturan akuntansi, standar dan prosedur mengenai elaborasi dan
- Penyajian laporan keuangan.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar